Peranan Pesantren Dalam Meningkatkan Perekonomian Petani

Diposting pada

Berderet mobil truk besar mengangkut hasil pertanian berupa buah semangka disepanjang jalan, terlihat wajah-wajah petani begitu riang gembira menghadapi panen. Buah semangka selesai ditimbang lalu dimasukan ke dalam truk, kebetulan pada saat tim penulis menyambangi lokasi sedang panen semangka, tim penulis pun dipersilahkan mencicipi buah semangka. Rasa manis seperti gula menghilangkan dahaga, suasana terik matahari yang menyengat hilang lenyap ditelan sepotong buah semangka yang begitu menyegarkan

Semangka Siap di Panen oleh Petani
Semangka Siap di Panen oleh Petani

Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) Pondok Pesantren (ponpes) Haudlul Wildan, yang beralamat di Dusun Sumbergebang Rt 03/03 Langkap Bangsalsari, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur, melakukan kegiatan usahanya budidaya semangka. Daerah ini memang daerah pertanian yang didominasi dengan budidaya semangka, sebagai selingannya ditanami padi, kacang kedelai, kacang hijau dan sayuran. Untuk memfungsikan lahan agar selalu menghasilkan (produktif), karena tanaman semangka memerlukan waktu delapan bulan untuk dua kali tanam, sisa waktu empat bulan dalam setahun yang sudah memasuki musim hujan ditanamilah padi, sayuran, kacang kedelai dan kacang hijau. Kegiatan usaha pertanian yang dilakukan sudah turun menurun ini sehingga kendala yang dihadapi tidak menjadi hambatan, seperti adanya hama ulat dan tikus.

Ponpes Haudlul Wildan menjalankan program LM3 yang digulirkan oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2009 dengan usaha budidaya semangka. Menurut KH. Abdul Hadi, ketua LM3 Ponpes Haudlul Wildan yang juga sebagai pimpinan ponpes, bahwa menanam semangka dalam setahun hanya dua kali tanam dan membutuhkan waktu selama delapan bulan. Dalam satu kali tanam dua kali panen, dari persiapan tanam sampai panen yang kedua kali membutuhkan waktu selama 4 bulan, sisa waktu empat bulan dalam setahun dan sudah memasuki musim hujan, ditanamilah padi, agar tanah dalam setahun tetap berproduksi dan para petani tidak menganggur, selalu bekerja untuk membiayai keluarga. Sebelum dimanfaatkan waktu kosong selama empat bulan setelah  tanam semangka, mereka para petani banyak yang menganggur tidak bekerja lagi, bahkan tidak sedikit mencari pekerjaan ke luar kota. Dengan diadakannya kerja tambahan yang diberikan oleh LM3 Ponpes Haudlul Wildan kepada masyarakat sekitar, mereka sangat berterima kasih kepada ponpes, sehingga mereka tidak perlu lagi mencari pekerjaan  sampai ke luar kota. Jadi mereka bisa dikatakan membentuk keluarga sakinah mawadah dan warohmah.” Kata KH. Abdul Hadi, yang menerangkan, kalau masyarakat disini sudah tidak perlu lagi mencari kerja tambahan ke luar kota, mereka hidup berdampingan dengan pondok pesantren, bekerja di sawah menanam semangka, padi, sayuran, kacang kedelai dan kacang hijau. Tenaga yang mengelola tanah milik Ponpes Haudlul Wildan adalah para alumni Ponpes, santri dan masyarakat sekitar.

Melaksanakan program LM3 agar tetap berjalan di Ponpes Haudlul Wildan adalah mempertahankan amanat dari pemerintah RI melalui Kementerian Pertanian yang diamanatkan kepada kami dengan mengelola bantuan yang sudah diterima untuk budidaya semangka tetap kami jaga dengan melakukan kegiatan usaha rutin yaitu budidaya semangka dan pengembangan usahanya ke tanaman pangan, yaitu menanam padi, sayuran, kacang kedelai dan kacang hijau.

Mengembangkan tanaman pangan untuk meningkatkan  mutu LM3, karena kalau hanya ditanaman semangka saja lamanya 8 bulan. Selesai pekerjaan selama 8 bulan, sisa empat bulan itu dalam setahun, kami sudah tidak ada kegiatan dalam LM3, para petani masih menyebar kesana kemari cari penghidupan (ekonomi). Melihat hal itu ketua LM3 Haudlul Wildan mengembangkan LM3, selain mengelola tanaman semangka, juga mengelola tanaman pangan  padi dan sebagainya untuk mengisi sisa waktu yang empat bulan. Jadi dalam satu tahun para petani cukup dengan mengelola pertanian dikampung halamannya, tidak usah mencari pekerjaan sampai ke luar kota untuk menafkahkan keluarga mereka.

Tekhnologi dan Pelatihan Petani

Pengelolaan lahan masih menggunakan teknologi yang masih kuno, seperti  dibajak, brojol, atau di loderi,  belum mempunyai alat yang canggih, masih manual. Bahkan dari santri dan masyarakat itu sendiri mengusulkan untuk mempunyai alat pertanian agar mudah mengelolanya. Kedepan LM3 Haudlul Wildan akan mengusahakan pengadaan peralatan yang bertekhnologi modern untuk meningkatkan hasil usaha petani.

Pondok pesantren ini memberikan  pelatihan pertanian kepada santri putera yang sudah dewasa, yang sebentar lagi membutuhkan pekerjaan. Mereka itulah yang dipilih untuk diberikan pendidikan  dalam  hal pertanian, perawatan,  pengembangan  tanaman  yang ada di ladang, sehingga mereka mengetahui tentang pertanian, pada saat mereka sudah lulus dari pondok, tidak perlu lagi mencari kerja, tetapi mereka bisa menciptakan lapangan kerja sendiri dengan mengelola pertanian.

Sejarah Ponpes Haudlul Wildan

Berdirinya pondok pesantren ini sebenarnya sudah lama, hanya dipiagamnya tertera pada tahun 1921. Pada waktu masih zaman kerajaan, belum mempunyai pondok melainkan hanya pesantren saja. Kemudian di pesantren ini menjadi tempat pendidikan untuk tentara  Mujahidin Sabilillah waktu penjajahan belanda sampai penjajahan Jepang. Pengasuh pesantren yang kedua  Almarhum Kyai  Nawawi adalah seorang pejuang 45. Menurut ceritanya yang dituturkan KH. Abdul Hadi, pada waktu itu tentara kita yang di sebut Tentara  Rakyat Indonesia  masih belum mempunyai peralatan perang, mereka hanya mempunyai sabit, crulit, tombak, bambu runcing, sementara yang dihadapi menggunakan senjata api, yaitu tentara Jepang dan Belanda. Pasukan Mujahidin yang namanya para Kyai pada waktu itu mengumpulkan sembilan (9) orang untuk dilatih mengamalkan amalan-amalan yang bisa menghadapi musuh  termasuk  Almarhum Kyai Nawawi pengasuh pesantren yang ke dua ini ikut dilatih, sehingga beliau pada waktu itu tidak bisa kelihatan oleh musuh. Beliau itu sering mendapatkan tugas masuk ke markas Belanda, Jepang untuk mengambil senjata sehingga mereka disebut  barisan Gep, dengan jumlah  sembilan orang. Mungkin ini hitungannya  walisongo, mereka itu semua apabila ditugaskan untuk mengambil senjata di markas musuh tidak kelihatan oleh kasat mata,  hanya dengan amalan dan riyadoh (latihan) yang dilakukan sungguh-sungguh, sehingga Alllah SWT mengabulkan. Pada waktu setelah merdeka beliau Kyai Nawawi sangat aktif di tentara Mujahidin, bahkan dari Pimpinan Tentara Mujahidin  pernah datang ke pesantren ini sebanyak tiga (3) kali Dan bertemu dengan saya.” Kata KH. Abdul Hadi, untuk menandatangani surat pensiunan,  beliau Kyai Nawawi  tidak mau, karena tujuannya berjuang hanya untuk merdeka  demi Agama, Negara dan Bangsa. Sampai ketuanya ini mengatakan  kenapa tidak diambil pensiunan ini, Kyai Nawawi menjawab, “pensiunan itu bukan tujuan saya, tujuan saya merdeka  sudah Alhamdulillah”.

Abdul Hadi juga menceritakan, bahwa pernah ada Tentara Indonesia dari Malang datang kesini minta sambung Doa, pada waktu itu terjadi peperangan melawan Portugis, sebanyak empat (4) orang Tentara dari Kota Malang meminta Doanya kepada Kyai Nawawi. Berangakatlah 4 orang Tentara itu ke medan peperangan melawan Portugis, Alhamdulilah mereka selamat dan berhasil merdeka.  Tidak lama kemudian mereka  berempat kembali datang ke pesantren ini untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada Kyai Nawawi  dengan tujuan mau membantu membangun sarana yang dibutuhkan oleh Kyai Nawawi, tapi beliau Kyai Nawawi menolaknya, karena waktu itu bangunan yang ada masih kokoh. Lain dengan sekarang, karena beliau sudah wafat beberapa tahun yang silam, tepatnya pada tahun 1997, jadi peninggalannya ini sudah rapuh, kami sendiri  bingung untuk memperbaiki peninggalan beliau dapat dari mana. Maka dari itu saya melangkah dengan program LM3 yang dikembangkan ke tanaman pangan setelah Holtikultura, insya Allah hasilnya tambah banyak dan bisa memperbaiki bangunan yang rapuh, seperti bisa memperbaiki sarana pondok putera dan putri.” Harap Abdul Hadi.

Pendidikan Ponpes Haudlul Wildan

Pada awalnya pendidikan yang ada di pondok pesantren Haudlul Wildan adalah pendidikan salafiyah, hanya mengaji qur’an, mempelajari berwudhu, sholat, dan membaca kitab, meskipun demikian tetap ada tingkatan-tingkatannya, seperti kelas 1,2, dan 3. Sekarang sudah ada pendidikan formalnya, yaitu SMP Terbuka untuk anak-anak lulusan SD.  Dalam tiga tahun terakhir sudah mengikuti Ujian Negara yang hasilnya lulus 100% dan mendapat rangking se-kecamatan Bangsalsari.

Untuk pendidikan usia dibawah 10 tahun, yaitu mempelajari cara cepat dan praktis membaca Alqur’an, dengan metode TPQ Dirosathi yang dimulai dari tahun 2007 hingga sekarang. Santri-santri kecil yang berusia dari 7 tahun sampai 10 tahun sudah banyak yang mampu membaca Alqur’an dengan baik. Setiap bulan Romadhon selalu diadakan tadarus Alqur’an di Radio Plamboyan FM, yang pesertanya dari Ponpes Haudlul Wildan.

Pondok pesantren yang memiliki jumlah santri putera ada 15  orang,  dan jumlah santri puteri ada 60 orang, mempunyai banyak kegiatan, diantaranya pengajian, pemasyarakatan, ekstra kulikuler, seni kaligrafi, pertanian, menjahit, dan lain-lainnya hingga saat ini berjalan dengan baik. Pelajaran ilmu agamanya dilaksanakan setiap hari dan setiap malam, mulai sholat tahajud yang sudah rutin dan terkoordinir sampai sholat shubuh, setelah sholat shubuh lalu wiridan (zikiran), mengkaji tafsir Alqur’an sampai sholat dhuha, dan penutup doa bersama, lalu persiapan untuk masuk ke sekolah formal.

Kegiatan belajar SMP Terbuka maupun MTS dan Aliyah, mulai jam 7 pagi sampai jam 12 siang. Dilanjutkan dengan sholat dzuhur berjamaah, membaca Alqur’an  dan lain-lain sampai jam 2 siang. Untuk sekolah SMP Terbuka diselenggarakan oleh Ponpes Haudlul Wildan, sementara untuk Aliyah tingkat SLTA masih menginduk ke luar belum diselenggarakan oleh Ponpes.

Petani Binaan LM3 Ponpes Haudlul Wildan

Bahrul seorang petani binaan LM3 Ponpes Haudlul Wildan yang sudah sepuluh (10) tahun menjadi petani menggarap lahan sewaan, menuturkan, bahwa kalau sewa tanah bisa pertahun dan bisa persekali panen. Tanaman semangka  kalau panen dalam 1 tahun bisa 4 kali panen, kalau padi dalam 1 tahun bisa 1 kali panen. Penyewaan tanah atau lahan dalam per 2 tahun harga perhektarnya mencapai  23 juta,  dalam 1 tahun  13 juta. Kalau panen dalam 1 tahun menghasilkan 60 juta rupiah,  itu juga  kotor, belum di potong biaya-biaya yang lain, kalau untuk biaya dalam 1  hektar mencapai 30 juta sekali tanam, kalau panen dalam 1 hektar bisa menghasilkan  60 juta, itu pun kalau normal.

Bahrul yang mempunyai anak 3 orang  semuanya sudah pada besar, 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan, kebetulan yang perempuan sekolah di Pondok Pesantren Haudlul Wildan, mondok disini, juga memberikan ilmu  pengajaran  tanam semangka  kepada  santri putera yang ada di Ponpes. Dalam hal penanaman semangka yang berkualitas, kata Bahrul sambil menuturkan, kalau buahnya besar tergantung dari luas tanah atau lahan, tanahnya berwarna hitam,  kebetulan  daerah Dusun Sumbergebang, Bangsalsari cocok sekali untuk tanaman buah semangka. Untuk pengolahan lahan, pertama tanah untuk tanam semangka harus dilubangi 3 kali dalamnya tanah berukuran 1 meter 20, sewaktu-waktu air itu kurang, tanah itu bisa menyimpan air lebih banyak sehingga tidak kekurangan air, tujuannya seperti itu sehingga harus melubangi 3 kali dalamnya tanah, hasilnya juga paling bagus.

Tanah yang sudah diberi lubang pinggirnya, tanah itu harus diberi pupuk dasar berupa rapu tempe atau oska, setelah tanah tersebut diberi pupuk  paling cepat lamanya 3 hari, barulah tanah tersebut bisa mulai ditanami semangka. Kalau untuk tanam bibit lamanya 12 hari, setelah ditanam dari tempat pembibitan lalu dipindah ke tempat yang sudah disediakan dan selalu diberi pupuk dan disiram air, untuk  pemberian pupuk  setiap 5 hari sekali. Tanaman semangka setelah 60 hari  barulah di sortir atau dipilih mana yang sudah matang ataupun yang belum matang,  setelah disortir petikan pertama semangka yang sudah matang, tinggal menunggu  lamanya 8 atau 10 hari lagi  untuk panen total (panen keseluruhan).

Tanah yang sudah ditanami semangka hingga panen, berarti lahan atau tanah tersebut menjadi kosong, langsung dipergunakan lagi untuk tanam semangka ataupun padi,  kalau untuk tanam semangka harus menunggu cuacanya panas, tapi kalau musim hujan ditanami tanaman padi.” Tutur Bahrul.

Gambar Gravatar
Senang berbagi informasi tentang potensi pertanian, kelautan dan kehutanan indonesia. Anda dapat menghubungi saya melalui: WA: 0812 8267 8939 TLP: 0812 8267 8939 EMAIL:[email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five × 4 =